My sketch




Read more >>

222 Hari Perjuangan Ibuku Melawan Kanker

Minggu 3 juli 2011 Hari Bahagia
Minggu 3 Juli 2011 itulah hari paling bahagia untuk keluarga kami, terutama ibunda tercinta karena pada hari itu ibu dapat menyaksikan pernikahan anak pertamanya yang telah lama dinantikan. Ya..itu adalah kali pertama ibu menikahkan anaknya, sehingga dengan sekuat tenaga dengan cara apapun kedua orang tua kami berusaha agar pesta pernikahan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan, terutama Ibu.... Mungkin karena perasaan senang dan cinta kepada anak yang akan menikah ibu mau mengorbankan apa saja yang dia punya terutama harta. Entah mengapa diluar kebiasaannya, dia mau mengorbankan hampir semua harta yang dia punya untuk acara pernikahan itu dan ketika ditanya apa alasannya, ibu hanya menjawab “Saya tidak mau mengecewakan tamu yang akan datang”...oh ternyata hanya itu alasannya, tanpa pikir panjang kami memahami apa yang menjadi kemauan dari ibu, kami berpikir benar juga alasan tersebut mengingat undangan yang akan disebar sebanyak lebih dari 1.300 dan itu merupakan angka yang cukup besar untuk ukuran keluarga kami.

Kebahagiaan itu kami rasakan sepuluh hari
Tak lama setelah acara pernikahan itu ibu mengeluh sakit perut dan susah buang air besar dan buang angin, pikir kami itu wajar mungkin karena capek mempersiapkan acara pernikahan soalnya persiapan untuk acara tersebut sudah dipersiapkan selama tiga bulan , kemudian kami pun memeriksakan sakit perut ibu ke Klinik terdekat karena takut kenapa-napa, ternyata betul seperti yang kami perkiraan , kata dokterpun itu Cuma sakit perut biasa disebabkan karena kecapekan dan menyarankan untuk banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Setelah pemeriksaan itu ibu pun beraktifitas seperti biasa yaitu mengajar di Sekolahan karena ibu berprofesi sebagai guru SD, kebetulan pada hari-hari itu Sekolahan ibu sedang ada banyak pekerjaan di luar jam mengajar, yaitu mempersiapankan Akreditasi sekolahan.

13 Juli 2011 Kabar pertama ibu menderita kanker
Karena sakit perutnya tidak kunjung sembuh kami memeriksakan ke Rumah Sakit terdekat kamipun tanggal 13 Juli 2011 mendatangi Rumah sakit Umum Mitra Paramedika yang lokasinya masih satu kecamatan yaitu kecamatan Ngemplak, sekitar 2 km dari rumah kami. Disana dilakukan pemeriksaan dan betapa terkejutnya ketika mendengar hasilnya dokter mendiagnosa bahwa kemungkinan ibu menderita Ca. Servick stadium II, istilah untuk kanker leher rahim, namun dokter berusaha untuk menenangkan kami bahwa pemeriksaan itu belum valid dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut kamipun sedikit agak tenang, dokterpun memberikan rujukan pada tanggal 25 Juli 2011 untuk memeriksakan ke Rumah sakit dr. Sardjito.

26 Juli 2011 Pemeriksaan di Rumah Sakit dr. Sardjito
Keesokan harinya tanggal 26 Juli 2011 kamipun melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit dr sardjito Yogyakarta di rumah sakit ini dilakukan pemeriksaan Laboratorium berupa Pemeriksaan Jaringan Rutin / Hispatologi ( > Block Parafin), hasil test menunjukkan ada jaringan dengan ukuran 0,6x0,5x0,3 cm dan tertulis Biopsi Cervick : Adenosquamous carcinoma differensiasi sedang, yang tidak tahu apa maksud dari kata-kata itu.

Pemeriksaan tidak berhenti disitu, kemudian saran dokter untuk dilakukan foto x ray torax dan test lab darah dan hasilnya menunjukkan protein total tinggi 8,43 g/dL dimana rujukan normalnya 6,4 – 8,3 g/L, dengan diberi pengantar oleh dr. Johan Sp.Pd.KHom test selanjutnya yaitu USG Upper Abdomen karena hasilnya tidak bisa kami pahami kami pun tak tahu harus berbuat apa dengan hasil-hasil test tersebut.

29 Juli 2011 Test CA-125
Tak puas dengan hasil test diatas, kemudian ada adik ibu yang memberi informasi bahwa untuk mengetahui positif atau tidak bisa di lakukan dengan test CA-125 dan kamipun atas keinginan sendiri pergi ke Parahita Diagnostic Center untuk dilakukan test lab CA-125,tak lama hasilpun dapat diketahui , angka menunjukkan 55,20 dimana range normal untuk test ini antara 0 s.d 35,0 U/ml dengan angka itu kami dapat menyimpulkan bahwa ibu positif menderita kanker, oh...kami merasa seperti disambar petir disiang bolong mendengar kabar itu, kami sekeluarga menangis seakan tidak terima kenapa ini semua bisa terjadi, terutama ibu...dia begitu shock mendengar berita ini. Mulai dari sini kami memutuskan sebelum dilakukan tindakan medis kami menggunakan obat-obatan alternatif karena jika dilakukan pengobatan medis harus menunggu jadwal kemoterapi dan sinar yang baru dapat diaksanakan di bulan Oktober mengingat antrean pasien yang banyak, dua bulan merupakan penantian yang sangat panjang untuk penderita kanker, padahal pendarahan dan rasa nyeri sering terjadi.

Alternatif 1 : Keladi Tikus
Pengobatan alternatifpun dimulai kami selalu mencari informasi dimana saja termasuk di internet sampai kami menemukan Pil Keladi Tikus, kami pun memesan pil itu di Jawa barat (tepatnya di kota mana kami tidak ingat) melalui paket kiriman, pada waktu itu satu botol seharga ± Rp. 85.000 kamipun memesan 3 botol namun sesampai dirumah ibu pun tak mau mengkonsumsi pil itu karena namanya keladi tikus,seakan itu makanan tikus sehingga tidak mau mengkonsumsinya.

Alternatif 2 : Tahitian Noni
Alternatif ke 2 yaitu kami menawarkan kepada ibu Tahitian Noni dan ibupun mau untuk mengkonsumsinya sehingga kami membelikan Tahitian Noni yang waktu itu satu botol seharga ± Rp. 300.000. ibu pun mengkonsumsi sampai beberapa botol dan setelah dua minggu mengkonsumsi noni kami berusaha untuk test CA-125 lagi yang kedua tanggal 12 Agustus 2011, dari hasil itu kami sedikit bahagia karena ada penurunan hasil yang tadinya 55,20 turun menjadi 46,95, kami pun memutuskan untuk melanjutkan pengobatan dengan Tahitian Noni ini, namun selang beberapa hari ibu tidak kuat mengkonsumsi noni lagi karena rasanya yang asam sehingga mengganggu lambung. Kamipun memutuskan untuk menghentikan pengobatan ini, dan mencari alternatif lain.

Alternatif 3 : Ramuan Jamu dari Akar-akaran dan Daun-daunan
Kami bingung obat apa lagi yang harus kami cari untuk pengobatan alternatif ini, sehingga datanglah keluarga Bude yang menawarkan pengobatan dengan ramuan jamu akar-akaran dan daun-daunan karena dia mempunyai pengalaman pengobatan dengan cara ini kepada anaknya yang dulu punya penyakit daging tumbuh di lubang telinga dan telah berhasil daging tumbuh itu dapat hancur dengan cara pengobatan tersebut. Kamipun tertarik untuk mencoba pengobatan ini dan langsung menuju ke klinik pengobatan ini yang lokasinya tidak jauh dari alun-alun yogyakarta.

Setelah berkonsultasi dengan pengurus klinik pengobatan tersebut kami diberi satu kardus berisi racikan-racikan jamu khusus untuk kanker. Setelah ramuan ini dikonsumsi ada perkembangan yang dirasakan ibu yang tadi perutnya nyeri dan agak panas berangsur-angsur bisa merasakan dingin dan lebih enak, kamipun segera melakukan test Lab CA-125 yang ketiga pada tanggal 7 September 2011 namun betapa terkejutnya apa yang dirasakan pada tubuh ibu berbanding terbalik dengan hasil test CA-125 yang dijalani, Hasil test Ca yang ketiga menunjukkan angka 77,2 U/ml yang sebelumnya sudah turun ke angka 46,95, kami pun berusaha untuk menutup-nutupi hasil lab ini kepada ibu supaya ibu tidak drop lagi, namun sesampai dirumah ibu terus saja bertanya hasil lab itu, kamipun tak kuasa menahan tangis dan harus bagaimana menyampaikannya kepada ibu, namun ibu sudah tetap ingin tahu hasil lab tersebut dan dengan sangat terpaksa karena ibu sudah curiga sebelumnya kamipun memberitahu hasil itu dan begitu mendengar ibu sangat shock kok bisa sampai naik banyak, kamipun berusaha menenangkan dan memberi pengertiaan kepada ibu supaya bersabar, tetap semangat dan terus berusaha melawan penyakit ini, yakinlah Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan kita, dan yakinlah juga bahwa Allah tidak akan menutup mata melihat kita yang telah mau berusaha. Semenjak test lab itu ibu tidak mau melakukan test CA-125 lagi, dan kami menyarankan untuk mengkonsumsi Tahitian Noni yang sudah terbukti menurunkan nilai CA-125 dengan melihat kondisi bahwa pada waktu itu rasa saki diperut ibu sudah mulai berkurang. Namun tetap saja setelah mengkonsumsi Noni ibu tetap tidak kuat lagi dan akhirnya kami stop lagi.

Kami sekeluarga pun mulai berpikir dan memohon petunjuk kepada Allah dengan cara apa lagi kami bisa mengobati penyakit ibu, sampai suatu hari datanglah mas Joko seorang pengepul cabe merah yang sering membeli hasil panen cabe keluarga kami, yang secara langsung menengok kondisi ibu di dalam rumah setelah menegok ibu dia tidak tega dengan kondisi yang ada lalu menyarankan kami untuk general chekup melihat kondisi penyakit ibu terkini, dia pun menyarankan untuk ke Rumah sakit RS Happy Land atau Panti Rapih, dan kamipun menuruti memutuskan untuk pergi ke RS. Panti Rapih.

12 September 2011 s.d 14 September 2011 Pemeriksaan di Rumah Sakit Panti Rapih
Masih dalam rangka penantian jadwal kemoterapi dan Sinar di RS. Dr. Sardjito yang jatuh pada bulan oktober 2011 kamipun memasukkan ibu ke RS. Panti Rapih dengan tujuan untuk Check keadaan terkini penyakit kanker yang di deritanya, Disana ditangani oleh dr Ady, dr. Andry Hartono dan dr. Luciana Irene SP.OG, dan dinyatakan untuk opname, Tanggal 12 September 2011 adalah opname pertama ibu di rumah sakit berkaitan dengan penyakit kankernya, disana banyak dilakukan tindakan berupa test-test laboratorium, Foto torax dan lain-lain. Test Lab Hematologi, Index eritrosit, APTT; Kimia fungsi hati, Elektrolit (Natrium) menunjukkan angka-angka yang tidak normal sehingga salah satunya perlu dilakukan tranfusi darah, yang pada waktu itu menghabiskan dua kantong darah yang . sedang hasil foto torax menyimpulkan Pulmo tak tampak kelainan, ukuran jantung normal, Aortosclerosis. Setelah tiga hari opnam kemudian ibu baru diperbolehkan pulang pada tanggal 14 September 2011 dengan diberi obat untuk di rumah berupa Aprofloxilin, Sangobion, dan Kalnex 500 mg yang diminum bila ada pendarahan. Setelah obat dari Rumah sakit habis kami menggunakan obat alternatif lain

Alternatif 4 : Rebusan daun Sirsat dan Jus Sirsat
Alhamdulillah Allah tidak menutup mata ketika kami sedang kebingungan mencari alternatif pengobatan lain, sehingga datanglah salah satu kerabat kami menjenguk ibu di rumah, melalui Bapak H. Mukhayat kami diberi informasi bahwa ada pengobatan alternatif menggunakan rebusan daun sirsat yang diminum setiap hari, konon rebusan daun sirsat ini mempunyai fungsi lebih baik dari kemoterapi dan tidak menimbulkan efek samping seperti kemoterapi, kita mengetahui efek samping kemoterapi adalah mual-mual, susah makan, rambut rontok dan akan mematikan sel-sel yang masih hidup. Untuk meyakinkan hal itu kamipun browsing di internet dan menemukan artikel tentang manfaat rebusan daun sirsat ini yang dibahas secara ilmiah di internet , dengan dasar itu kamipun tertarik untuk mulai mencobanya. Pengobatan ini kami lakukan selama setengah bulan sampai dengan jadwal kemoterapi dilaksanakan, setelah menjalani kemoterapi pengobatan ini kami hentikan karena di Rumah Sakit tidak diperkenankan menggunakan obat-obatan dari luar, untuk mengakali itu kami hanya membuatkan jus buah sirsat saja untuk dikonsumsi ibu.

7 s.d 10 Oktober 2011 Kemoterapi pertama di Bangsal Cendrawasih II RS. Dr Sardjito)
Tibalah jadwal kemoterapi pertama di Rs. Dr Sardjito, sebenarnya kami berat untuk memutuskan untuk di kemoterapi atau tidak, karena melihat cerita-cerita dari pasien yang pernah dikemoterapi rata-rata mengalami keluhan yang sama, yaitu lesu, mual-mual, susah makan, rambut rontok dan akan mematikan sel-sel yang masih hidup. Namun tak sedikit pula cerita-cerita keberhasilan pasien yang bisa sembuh karena kemoterapi sehingga kamipun berani untuk mengambil tindakan ini dengan keyakinan semoga Allah akan memberikan kesembuhan untuk ibu dengan kemoterapi ini.

Beberapa hari sebelum kemoterapi kami pun disarankan untuk melakukan kontrol terlebih dahulu di Klinik Tulip RS. Dr Sardjito . Klinik Tulip ini merupakan Klinik khusus untuk penyakit kanker, di klinik ini selain dilakukan pemeriksaan juga diberikan resep, dan pengantar mondok di bangsal, pemeriksaan ini dilakukan oleh dr. Burham Warsito, H. Sp.OG salah satu dokter ahli kanker.

Pada waktu itu kondisi ibu sudah memakai kursi roda karena sudah merasakan sakit yang amat sangat dan sudah tercium bau tidak sedap karena terjadi pendarahan, dan dokterpun telah menyatakan bahwa kanker ibu sudah naik menjadi stadium III B, oh...begitu cepatnya kenaikan stadium ini baru juga dua bulan stadium sudah naik dari stadium II menjadi stadium III B.
Dokterpun merencanakan kemoterapi dengan sistem weekly sebanyak 6 kali dan sinar radiasi sebanyak 70 kali dengan jadwal bertahap sebagai berikut. :
I --> K1 10 Oktober 2011
II --> K2 17 Oktober 2011
III --> K3 24 Oktober 2011
IV --> R1 26 Oktober 2011
V --> R2 + K4 (Sinar 10 x ) ; 15 x 11 November 2011
VI --> R3
VII --> R4 + K5 (Sinar 20 x)
VIII -->R5
IX -->K6 (Sinar 25 x)
X -->B1
XI -->B2

Kemoterapi pertama berjalan dengan lancar dilaksanakan di Bangsal Cendrawasih II dan ibu pun diperbolehkan pulang pada tanggal 10 Oktober 2011 dengan diberi obat untuk di rumah berupa Cefspan 200, Narfoz 4 mg, Mefinal 500 dan Glisodin.

16 s.d 17 Oktober 2011 Kemoterapi kedua  di Bangsal Cendrawasih I RS. Dr Sardjito
Setelah ibu melakukan kontrol di klinik Tulip RS. Dr Sarjito pada tanggal 13 Oktober 2011 dokter meneruskan program kemoterapinya yang kedua, dengan prosedur seperti biasanya kami harus memesan obat untuk kemoterapi ke bagian obat askes ( kebetulan ibu adalah seorang PNS yang ikut program askes) dan harus memesan kamar di bangsal yang pada waktu itu susah sekali untuk mendapatkan kamar karena jumlah kamar yang terbatas disebabkan sedang ada renovasi bangsal sehingga baru bisa masuk bangsal pada tanggal 16 Oktober 2011. Setelah kemoterapi kedua selesai ibu diperbolehkan pulang dengan diberi obat pulang berupa Glisodin dan Narfos dan diperintahkan untuk kontrol kembali ke klinik Tulip pada tanggal 21 Oktober 2011

24 s.d 26 Oktober 2011 Kemoterapi ketiga  di Bangsal Ayodya II RS. Dr. Sardjito
Setelah satu minggu berselang program kemoterapi selanjutnyapun di laksanakan, seperti biasanya untuk mencari kamar di bangsal di Rs. Sardjito begitu susahnya hingga kami setiap hari harus bolak-balik telepon dan mendatangi bangsal untuk menayakan kepastian keberadaan kamar namun kamar yang diharapkan tak kunjung didapatkan, sampai dengan mendekatai hari H rencana ibu dikemo kamar yang dicaripun masih penuh semua, kami jadi kawatir kalau-kalau sampai hari H tidak mendapatkan kamar , karena jika kami gagal untuk mendapatkan kamar maka kemungkinan program kemoterapi yang telah dilaksanakan akan sia-sia dan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dan kemungkinan akan direschedule ulang. Untunglah Allah masih memberikan jalan disaat kami kesusahan mencari kamar ada seorang pegawai Rumah sakit yang kebetulan tetangga dari adik ibu menghubungi kami bahwa ada satu kamar di bangsal Ayodya Lantai II yang sudah kosong, dan beliau memberi keterangan bahwa kamar yang kosong tersebut adalah Sweet room dengan biaya akomodasi per hari yang tidak murah yaitu sekitar Rp. 1.300.000 beda dengan biaya akomodasi kamar-kamar sebelumnya di bangsal cendrawasih yang rata-rata biaya akomodasinya Rp. 560.000 perhari, kamipun tak mau berpikir panjang langsung menyetujuinya dari pada program kemoterapi yang dijalani ibu menjadi tidak optimal.Langsung setelah mendapatkan kepastian kamar ini kami langsung regristrasi dan langsung masuk kamar untuk mendapatkan perawatan dan tindakan kemoterapi sampai dengan tanggal 26 Oktober 2011 yang kebetulan tanggal mulai dimulainya program penyinaran radiasi di klinik radioterapi.

26 Oktober 2011 Sinar Radiasi  di Klinik Radioterapi RS. Dr. Sardjito
Setelah kemoterapi yang ketiga selesai program selanjutnya yaitu penyinaran radiasi tahap pertama yang direncanakan selama 10 kali penyinaran, sebelum tindakan penyinaran ini dilakukan tindakan pertama adalah simulator terlebih dahulu yaitu menggambar titik-titik area yang akan diberi penyinaran, area simulator ini digambar di area perut bagian bawah dengan digambar dengan bahan sejenis tinta dan jika sudah kering tidak diperbolehkan untuk dibasahi dan minum-minuman dingin. tanggal 26 Oktober 2011 adalah penyinaran pertama , dilakukan dengan rawat jalan setiap hari, kemudian berlanjut terus setiap hari yaitu tanggal 27 s.d 28 dan 31 oktober 2011 , tanggal 1 s.d 2 Nopember 2011.
Dipertengahan penyinaran ini mulai terjadi ketidak normalan pada tubuh ibu terutama di bagian kaki, kaki kiri ibu merasakan sakit seperti kesemutan yang amat sangat dan mulai timbul warna kehitaman pada jari-jari kaki kiri, sehingga pada tanggal 1 Nopember 2011 selain melakukan sinar juga melakukan pemeriksaan konsulen di klinik Tulip untuk merencanakan kemoterapi yang keempat dan memeriksakan kaki ibu yang sudah mulai menghitam. Di klinik itu kami seperti biasa diminta untuk melakukan test laboratorium di bagian Patologi klinik untuk memeriksakan darah rutin, SGOT, SGPT, Ureum / Bun dan Kreatin.

3 s.d 12 Nopember 2011 Kemoterapi keempat  di Bangsal Ayodya II RS. Dr. Sardjito
Seperti biasa setiap akan masuk bangsal kami harus aktif menghubungi petugas untuk ketersediaan kamar, disetiap bangsal yang ada kami hubungi dan kami pesan kalau-kalu ada kamar yang kosong, namun rata-rata disetiap bangsal petugas menjawab bahwa kamar penuh semua, dan akhirnya mau tidak mau kami menghubungi bangsal ayodya yang merupakan pilihan akhir, dan alhamdulillah di bangsal ayodya ini masih tersedia kamar yang kosong sehingga kami putuskan untuk masuk bangsal ini.
Setelah ibu masuk ruang perawatan dan dokter melakukan visit, dokterpun tidak berani untuk segera melakukan kemoterapi karena melihat kondisi kaki kiri ibu yang mulai kering dan menghitam, perawat menyarankan kami untuk konsul ke dokter bedah vaskuler.

Konsul ke dokter bedah vaskuler
Setelah dokter bedah vaskuler dihubungi oleh perawat, kemudian datanglah beberapa tim dari dokter bedah vaskuler, dilakukanlah pemeriksaan yang ketat. Pertama-tama dilakukan pengetesan kadar oksigen di setiap jari-jari kaki, untuk setiap jari-jari kaki kanan menunjukkan kadar oksigen normal dan alat menunjukkan angka kadar oksigennya, namun untuk jari-jari kaki sebelah kiri selalu menunjukkan angka nol yang berarti kadar oksigen di kaki tidak ada. Kemudian pemeriksaan berlanjut pada tanggal 4 November 2011 ibu diantar ke ruang USG untuk dilakukan pemeriksaan USG Doppler diantar oleh seorang perawat yang ramah dan perhatian , perawat itu kalau tidak salah namanya ibu amin, kami diantar ke ruang USG untuk dilakukan pemeriksaan dan hasilnya menunjukkan bahwa pada pangkal paha kaki ibu terjadi penyumbatan aliran darah akibat darah yang membeku di sepanjang pembuluh darah bagian pangkal paha kebawah dan pangkal paha ke atas yang menyumbat ke kaki bagian kiri sehingga suplay darah tidak sampai ke ujung kaki kiri dan mengakibatkan kaki menghitam dan kering (mati).

Heparinisasi
Setelah mengetahui penyebab kaki ibu yang menghitam maka dokter memberikan tindakan Heparinisasi yaitu upaya untuk mengencerkan darah yang telah membeku dengan harapan bisa mencair dan mengalir lagi ke daerah ujung kaki sehingga kaki dapat tersuplai darah lagi dan bisa menghidupkan jaringan yang telah mati. Sebelum dilakukan tindakan ini dokter memberikan informasi bahwa dengan dilakukan tindakan hepainisasi ini bisa saja terjadi pendarahan disana-sini karena darah yang cair, kami pun menyetujui tindakan tersebut yang jelas bagi kami yang penting ibu sembuh.
Setelah beberapa kali dilakukan heparinisasi tak juga muncul tanda-tanda baik, kaki tetap dingin dan masih sama seperti sebelum dilakukan tindakan, dan dokterpun menyatakan tidakan ini gagal dan perlu memberikan tindakan alterantif lain yaitu operasi pengambilan darah yang membeku.

Operasi pengambilan sumbatan darah yang membeku
Tindakan selanjutnya adalah operasi pengambilan sumbatan di pembuluh darah kaki kiri, dimulai dari jam 08.00 WIB ibu mulai masuk ruang operasi dan ditunggu oleh sebagian keluarga besar.selama operasi tersebut kami tak henti-hentinya memanjatkan doa mudah-mudahan operasi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Kami menunggu begitu lama waktu itu ,karena operasi baru selesai setelah jam 15.00 WIB, begitu operasi selesai kami yang berada di ruang tunggu mulai dipanggil dan diajak kembali ke bangsal. Dan disana dijelaskan bahwa darah yang beku dipembuluh darah kaki sudah berhasil diambil dan ditunjukkan kepada kami berupa gumpalan darah panjang menyerupai tali berwarna merah. Kamipun senang dengan hasil tersebut karena berharap jika gumpalan sudah diambil darah bisa kembali mengalir ke jari-jari kaki dan dapat menghidupkan sel-sel yang mati. Namun cerita dokter belum selesai, dokter menyatakan gumpalan darah tersebut belum bisa diangkat seratus persen, karena gumpalan yang berada di pangkal paha ke atas yang menuju perut belum bisa diambil karena susah dan jika dipaksakan dikawatirkan pembuluh darah akan pecah dan malah akan membahayakan.

Setelah operasi itu keadaan kaki ibu terus dipantau perkembangannya, namun setelah lama dipantau kaki kiri ibu tetap tidak menunjukkan ke arah yang lebih baik, kaki tetap dingin dan hitam hingga akhirnya dokter memberi alternatif lain lagi yaitu membuatkan pembuluh darah buatan yang diambil dari sebelah kanan ditanam ke kaki sebelah kiri dengan biaya kurang lebih sembilan juta rupiah, namun dokter memberikan keterangan juga tidak bisa menjamin penuh keberhasilannya.

Karena tidak ada jaminan keberhasilan operasi tersebut ditambah lagi pesan ibu yang tidak mau dioperasi lagi jika terjadi apa-apa kami memutuskan untuk tidak dilakukan tindakan tersebut, dan dokter menyarankan jika tindakan tersebut tidak dilakukan alternatif terakhir adalah tindakan amputasi kaki. Astagfirullahal adzim...kami begitu terkejut mendengar kaki ibu harus diamputasi, kami tidak bisa membayangkan kalau kaki ibu harus damputasi, Ya Allah..berilah mukjizatmu ya Allah...hanya itu yang kami ucapkan dalam setiap doa-doa kami. Kami sekeluarga begitu bingung harus melakukan usaha apalagi supaya ibu terhindar dari amputasi.

Untuk menghindari amputasi kami bermusyawarah dengan keluarga besar dan banyak yang tidak setuju dengan tindakan itu dan menyarankan kalau bisa di cari pengobatan alternatif yang lain terlebih dahulu. Kami langsung mencari dan bertanya kepada siapapun termasuk browsing internet dan tanya-tanya kepada teman di jejaring sosial facebook.

Saat browsing internet kami menemukan klinik anti amputasi yang berada di kota malang, kami langsung menghubungi lewat telepon dan email untuk berkonsultasi, namun jawaban dari klinik anti amputasi tetap menyarankan untuk segera diamputasi, karena melihat keadaan kaki yang telah parah.

Kami belum rela jika kaki ibu harus diamputasi, dan kami putuskan untuk mencari lagi alternatif lain. dengan menggunakan Facebook saya menuliskan status memohon informasi pengobatan alternatif dan alhamdulillah banyak teman yang respon dan memberikan saran (Saya mengucapkan banyak terima kasih bagi yang berkomentar dan memberikan saran pada waktu itu), karena begitu banyak masukan tidak mungkin kami lakukan semua kami memilih untuk mencoba saran yang dikatakan oleh pengguna facebook bernama Tommy Utomo Se Akt, karena pengalaman dia mengobati pamannya hampir mirip dengan kondisi kaki ibu saya, dia menyarankan untuk pengobatan tradisional ke Romo Gembong Danudiningrat, kami pun segera mencari informasi tambahan tentang pengobatan tradisional itu, bagaimana cara pengobatannya, setelah tahu cara pengobatannya dan banyak pasien yang sembuh dengan perantara Romo Gembong Danudiningrat kamipun segera berkonsultasi dan diberikan resep berupa obat berpentuk Pil yang harus dikonsumsi ibu. selama beberapa hari obat itu dikonsumsi ibu namun Penyakit ibu di kaki lebih cepat menjalar dibanding dengan kesembuhannya, kamipun berkonsultasi via telepon dengan Romo gembong, dan Beliau menyarankan juga untuk amputasi karena melihat kondisi penyakit yang kian menjalar.

16 November 2011 Masuk Rumah Sakit JIH (Jogjakarta International Hospital) 

Semua Dokter dan pengobatan alternatif yang kami jalani bulat menyarankan untuk diamputasi segera, Perawat yang sering merawat ibu di rumah (Mbak Jati namanya yaitu seorang tetangga yang berprofesi sebagai perawat di RS. Bethesda Yogyakarta ) juga mengatakan bahwa kaki ibu mulai membusuk dan dan sudah mulai ada tanda-tanda belatung di kakinya, dan kamipun takut apabila terjadi infeksi yang malah akan memperparah keadaan, Dengan dasar itu akhirnya dengan sangat berat hati dan penuh tangisan kami harus mau menerima kenyataan untuk mengamputasi kaki ibu, Hanya kata-kata ibu yang dapat menguatkan kami sekeluarga dia berkata bahwa ibu iklash jika kaki ibu harus diamputasi, kami tak tahu, ... mungkin di benak ibu amat sangat terpukul namun guna menyembunyikan perasaan itu, ibu kelihatan biasa-biasa saja begitu pasrah dan tegar. Sampai-sampai untuk menenangkan bulik kami (Adik kandung ibu) yang amat sayang kepada ibu dan memohon agar jangan sampai diamputasi dengan alasan kaki itu pemberian Allah kenapa harus kita buang, Ibu sampai menjelaskan lewat telepon dengan berkata "Iklash kanlah jika kaki saya besok diamputasi, kaki ini adalah kaki saya kenapa harus kau tangisi, dengan tanpa beban dan tanpa air mata setetespun mengalir dari mata ibu, namun diseberang telepon terdengar isapan tangis, namun kami yakin tangisan itu bukan karena tak rela dan tak iklash namun tak tega melihat kakaknya yang harus dimputasi dan akan cacat seumur hidup.

Awalnya tujuan rumah sakit adalah Rumah Sakit Sardjito untuk menemui dr Haryo Ariwibowo R. Sp. B-KBTV karena dokter Haryo adalah yang merawat ibu sampai dengan keputusan amputasi dan menurut kami beliau yang paling tahu Rekam medik tentang ibu selama ini. Berhubung waktu kami telepon ke RS. dr Sardjito disana ruang perawatan yang kami inginkan penuh kami menelpon dr. Haryo dan bertanya di Rumah Sakit manakah tempat praktek dr Haryo selain di Rs. dr Sardjito?, dokterpun menjawab segera saja di bawa ke RS. JIH (Jogjakarta International Hospital) karena saya praktek disana dan nanti malam langsung saya visit, setelah mendapat kepastian ibu langsung di bawa ke RS JIH langsung masuk IGD dengan disambut dokter jaga yang ramah bernama dr. Ainien Faida, disana diberi beberapa tindakan awal dan kemudian masuk ke bangsal kelas dua No. 2304 A, yaitu salah satu ruang perawatan isolasi.

17 November 2011 Operasi Amputasi 

Malam itupun dr Haryo menepati janjinya melakukan visit memeriksa dan memberi tindakan kepada ibu, memberikan saran, masukan, dan memberikan suport pada kami sekeluarga. dan berkata kita berusaha dan Insya Allah ini jalan yang terbaik buat ibu, sehingga dengan amputasi nantinya ibu dapat beraktifitas secara normal kembali tidak merasakan sakit di kaki kirinya.

Sebelum dilakukan amputasi kondisi tubuh ibu terlebih dahulu disiapkan supaya siap melakukan operasi denga pengecekan kesehatan dengan dikonsulkan ke dr. Adi Wijono SP.PD (Dokter spesialis penyakit dalam), dr. Hariadi Hariawan SP.PD.Sp.JP yang memantau keadaan jantung ibu. dan dr. Sri Rahardjo Sp.AN yang menangani anestesi (Pembiusan).

Setelah ada kepastian ibu dapat menjalani operasi amputasi, ibu di suruh puasa terlebih dahulu dan sore sehabis sholat ashar tanggal 17 November 2011 ibu masuk ruang operasi untuk diamputasi.

Pertama kali menginjaakan kaki di rumah dengan satu kaki 19 November 2011

Sabtu 19 Desember 2011 menjadi saksi bisu pertama kali ibu melangkahkan kaki tanpa kaki kirinya, begitu pertama kali datang kerumah langsung disambut isakan tangis keluarga dan tetangga sekitar yang sudah menunggu kedatangan ibu pulang dari rumah sakit JIH, diantara mereka ada juga yang memilih untuk diluar ruangan karena tidak tega melihat kaki ibu yang sudah diamputasi, isak tangis semakin menjadi-jadi ketika kakak kami  dituntun keluar menemui ibu. karena pada saat itu kakak kami baru hamil muda dalam keadaan tidak fit karena sering muntah-muntah. dan tidak bisa menunggu ibu dari pertama masuk rumah sakit sampai ibu pulang ke rumah. karena dia merasa bersalah disaat ibu sakit tapi tidak bisa merawat ibu setiap kali ibu masuk rumah sakit. namun ibu tetap berusaha menenangkan dan menyarankan agar jangan terlalu kawatir, yang terpenting jaga kesehatan selama masa kehamilan. dan berdoa mudah-mudahan ibu tetap diberi kesehatan dan umur panjang sehingga kelak bisa melihat dan menimang cucu pertamanya.

Kontrol Pasca Amputasi

Pasca amputasi tidak berarti urusan selesai karena ibu harus melakukan beberapa program dokter yang harus dijalani yaitu berupa pemantauan kesehatan dan kontrol, yang diharapkan dengan kontrol tersebut dapat diminimalisir apabila terjadi infeksi pada luka bekas operasi dan gangguan kesehatan lainnya.    


22 November 2011 Kontrol I 

22 November 2011 dengan dokter Adiwijono (dokter Spesialis konsultan), pada hari itu dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium. untuk pengambilan sampel darah ini kami meminta tolong kepada perawat rumah sakit  agar pengambilan sampel dilakukan di tempat parkiran mobil  karena kami tidak tega dengan keadaan ibu yang kesakitan setiap akan dibopong keluar mobil karena luka bekas amputasi yang ada belum kering betul, Alhamdulillah perawat menuruti keinginan kami dan langsung menuju ke parkiran untuk mengambil sampel darah ibu. setelah selesai kami menunggu sekitar satu jam-an  untuk memperoleh hasilnya, begitu hasil sudah jadi baru kemudian dikonsultasikan ke dokter Adiwijono. Seperti biasa  untuk konsultasi ini kami memohon sebisa mungkin pemeriksaan dilakukan di mobil namun perawat menyatakan untuk konsultasi pasien harus menghadap langsung dokternya di ruang praktek, mau tidak mau kami memaksa ibu untuk turun dari mobil dengan dibopong  ke kursi roda walapun ibu merasa kesakitan. Setelah sampai di ruang praktek dokter ibu langsung di periksa kaki kiri dan kaki kanannya sepertinya dokter menemukan gejala-gejala yang hampir mirip pada kaki kanan ibu seperti kaki kirinya dulu, dokter khawatir gejala ini akan sama denga kaki kirinya dulu, walaupun tidak mengatakaannya kami jadi ikut panik jangan-jangan kaki kanan ibu akan bernasib sama dengan kaki kirinya. dokterpun kemudian meresepkan obat untuk ibu, dan sebelum diminum harus konsultasi dengan dokter Haryo dulu apakah obat tersebut bisa dilanjutkan.

24 November 2011 Kontrol II  dengan dokter Haryo 

Kontrol kedua pasca amputasi dilakukan pada tanggal 24 November 2011 di RS JIH , oleh dokter Haryo dilakukan tindakan yaitu mengganti balutan luka bekas amputasi, kamipun tak tega untuk melihat proses penggantian balutan, karena rasanya kaki ini ikut merinding dan linu-linu  merasakan sakit kaki ibu dan kamipun memutuskan untuk menunggu di luar ruangan.

Setelah kontrol ke dokter haryo selesai kami tidak langsung pulang, kami berpikir sudah lumayan lama penyakit kanker ibu  tidak diperiksakan dikarenakan sibuk dengan proses penanganan amputasi kaki, berhubung sudah ada di JIH kami kemudian berpikiran untuk mengkonsultasikan penyakit kanker ibu ke dokter, tidak tahu harus konsultasi ke dokter siapa di JIH kami memutuskan untuk konsultasi ke dokter spesialis kandungan yang pada pagi itu sedang praktek di JIH, yaitu dokter Enny Setyowaty Pamuji, SpOg. walaupun agak sedikit salah alamat kami berkonsultasi ke dokter kandungan tapi pikiran kami itu lebih baik daripada tidak diperiksakan dan dikonsultasikan sama sekali.

Setelah mendapatkan giliran kami selanjutnya diperiksa di ruang periksa, di tangani oleh dr  Enny Setyowaty Pamuji, SpOg  kami disambut dengan ramah, dan menjelaskan maksud kedatangan kami yaitu untuk memeriksakan kanker ibu, karena sebelum-sebelumnya ibu sering periksa penyakit kanker di RS. Sardjito dan tidak ada rekam medik ibu tentang kanker di RS JIH, dokterpun menanyakan sebelumnya sudah pernah periksa kemana?, kami pun menjawab ke RS. Sardjito di klinik Tulip, kata dokterpun dengan agak bingung mengatakan sebenarnya ibu sudah tepat periksa di klinik Tulip disana karena disana banyak dokter dokter ahli kanker, dan sebenarnya tidak perlu untuk periksa ke dokter Enny, tapi bagaimanapun juga dokter saya (dr Enny) tetap menerima dan memberikan penjelasan dan saran-saran untuk tetap melanjutkan pemeriksaaan di RS sardjito, kamipun diberi referensi untuk menemui dokter di RS. Sardjito dan berkonsultasi kepada dokter di klinik yang dulu pernah terakhir dilakukan penyinaran radiasi, untuk menanyakan sudah bisa dilanjutkan apa belum terapi sinar dan kemoterapinya dengan keadaan ibu yang saat ini sudah diamputasi. setelah selesai berkonsultasi dokter pun hanya memberi resep berupa multivitamin diberi enervonce dan curcuma drage, untuk menjaga kesehatan ibu dan meningkatkan nafsu makan, karena selama ini nafsu makan ibu sangat berkurang.




26 November 2011 Kontrol III dengan dokter Hariadi

Kontrol selanjutnya jatuh pada tanggal 26 November 2011, yaitu kontrol untuk ketiga kalinya pasca amputasi, kami menemui dokter Hariadi di RS JIH untuk memeriksakan jantung. Di ruang periksa ibupun di periksa jantungnya dengan alat canggih dan sepulangnya diberikan resep obat berupa obat Lansoprazole 30 mg


1 Desember 2011 Kontrol IV dengan dokter Haryo
Seperti biasanya setelah tiba waktu kontrol kami ke RS JIH untuk memeriksakan kesehatan ibu pasca amputasi di RS JIH masih dengan dokter Haryo saat itu diberi obat Clindamycin 150 mg, Natrium Diklofenak 25 mg, Pletaal 50 mg yang salah satunya berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, setelah kontrol yang ke empat ini kondisi kaki ibu terus dipantau dengan perawatan di rumah, perawat mendatangi rumah dua hari sekali untuk perawatan luka dan ganti perban. karena ada sebagian kecil bekas amputasi yang belum kering.

Semakin lama kondisi kesehatan ibu semakin menurun, setiap kondisi tubuh ibu lumayan membaik namun beberapa minggu kemudian mulai drop lagi, badan lemas dan setiap dilakukan pemeriksaan darah menunjukkan HB yang  rendah sehingga sering kali keluar masuk rumah sakit untuk perbaikan kondisi tubuh dan sering di tranfusi darah rata-rata dua sampai lima kantong darah setiap masuk Rumah sakit.


27 Desember 2011 Pemulihan kondisi tubuh setiap ibu drop
 
Untuk pemulihan kondisi tubuh ibu salah satunya pada tanggal 27 Desember 2011 kami berkonsultasi dan menemui dokter spesialis penyakit dalam, yaitu dokter Karina Sasti Sp.Pd, disana dilakukan pemeriksaan dan diberi obat Lansoprazole 30 mg, Domperidone 10 mg,   dan disarankan untuk dilakukan USG Abdomen Lengkap untuk mengetahui perkembangan terakhir penyakit kanker ibu. Di hari ini juga kami kembaili kontrol kepada dokter Haryo dan diberi resep berupa  Oxoferin Sol 30 cc

7 Januari 2011 USG Abdomen Lengkap

Mematuhi saran dokter Karina Sasti Sp.Pd, pada tanggal 7 Januari 2011 kamipun melakukan USG Abdomen Lengkap di RS. JIH, setelah mendapatkan hasil berupa foto-foto USG abdomen lengkap kami menghadap ke  dokter Karina Sasti Sp.Pd , untuk dibaca hasilnya.

9 januari 2012 sd 11 Januari 2012  Opname di JIH

Setelah mengetahui dan membaca hasil USG ibu disarankan untuk dilakukan Opname di RS. JIH, masih dirawat dengan dokter Karina sasti dan didiagnosa bahwa ibu mengalami nyeri spasme otot, dan Gangguan Pemenuhan ADL kemudian diberikan tindakan berupa obat capsul garam 3x0,5 gr, Aspark 3x1, Urdatalk 3x1, Spafetik 2x100gr, Pantizol 1x20gr, Biosanbe 1x1


29 Januari 2012 
Opname Rumah sakit Condong catur perbaikan kondisi

15 Februari 2012 jam 20.59 sd 16 Februari 2012 jam 09.31
IGD Sarjito


 16 Februari 2012 sd 19 Februari 2012
IGD Panti Rapih kemudian masuk ICU 

19 Februari 2012 pagi Pukul ...
Ibu tercinta meninggalkan kami untuk selama-lamanya.



Read more >>

Bakar Lemak dengan Makan Ini

Anda frustasi dengan berat badan? Eits, jangan khawatir! Jika olahraga dan diet tak sukses menurunkan berat badan, coba deh konsumsi beberapa makanan yang dipercaya membantu membakar kalori.

Kecilkan ukuran pinggang Anda dengan mengasup makanan ini, yuk.

Kacang Almond
Tambahkan kacang almond pada makanan Anda sehari-hari. Struktur serat yang terdapat di dalamnya mengurangi penyerapan pada lemak, sehingga hanya sedikit kalori yang terserap oleh tubuh Anda. Selain itu, kadar protein dan asam lemak tak jenuh tunggal yang ada juga membuat Anda merasa kenyang lebih lama sehingga menjauhi keinginan untuk mengemil.
Tip: Untuk meningkatkan rasa pada kacang, panggang di dalam oven dengan suhu 180 derajat celcius selama lima hingga sepuluh menit.

Telur
Konsumsi telur pada saat sarapan. Mereka yang mengonsumsi telur di pagi hari akan merasa lebih kenyang sepanjang hari. Ini karena kombinasi antara protein dan lemak baik yang terdapat di dalamnya. Selain itu, telur juga mengandung sedikit kalori.
Tip: Untuk mencegah kulit telur agar tidak pecah saat direbus, tambahkan dua sendok teh cuka ke dalam air. Selain menjaga kulit telur, cuka juga membuat proses pengelupasan telur menjadi lebih mudah.

Kayu manis
Jerry Seinfield, komedian, pernah berkata bahwa kayu manis seharusnya ada di atas meja bersama garam dan lada. Jadi, jika ada yang bertanya apa yang akan membuat makanan menjadi lebih lezat kita akan mudah menjelaskannya.
Kayu manis bukan saja membuat makanan menjadi lebih harum tetapi juga berkhasiat untuk menurunkan berat badan. Setengah sendok kayu manis pada makanan akan mengurangi berat badan sebanyak satu kilo setiap bulannya. Selain itu, kayu manis juga mengontrol hormon insulin yang biasa naik sehabis makan - yang membuat Anda merasa lapar - dan menaikkan metabolisme untuk membakar kalori.
Tip: Untuk cemilan yang menyehatkan, potong apel kotak-kotak lalu taburi kayu manis dan panggang di oven hingga kecokelatan.

Yogurt
Memakan yogurt rendah lemak membantu tubuh Anda untuk membakar lemak lebih banyak. Kadar kalsium dan protein yang terdapat di dalamnya mengutamakan penurunan berat badan sebagai salah satu diet ketat dan menjaga massa otot.
Tip: Ganti whipped cream dengan yogurt pada makanan penutup Anda atau gunakan yogurt polos sebagai pengganti mayonaise pada sandwich.

Lentil
Tambahkan lentil dan kacang-kacangan pada sup untuk membantu mengenyangkan perut Anda. Kacang dan lentil kaya akan leucine, yang membantu untuk menurunkan berat badan tanpa harus melakukan diet secara khusus.
Tip: Rendam lentil semalaman, lalu masak dan simpan di dalam kulkas. Saat lentil disimpan di dalam wadah kedap udara dan terendam oleh air, mereka akan bertahan hingga tiga bulan.

Sup
Mereka yang mengonsumsi sup terlebih dahulu sebelum menyantap makanan utama akan mengasup lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang tidak makan sup. Peneliti dari Pennsylvania State University menyatakan bahwa mengonsumsi sup pada awal makanan akan membuat Anda merasa kenyang lebih awal sehingga mengurangi asupan kalori hingga lima persen.
Tip: Trik terbaik adalah menambah satu atau dua kentang saat memasak sup dan mendiamkan hingga 15 menit. Ini membantu menyerap kadar garam di dalam sup.

Sambal
Untuk memberikan rasa yang lebih berani pada salad dan sandwich Anda, ganti dressing dengan sambal: satu sendok teh sambal mengandung 10 kalori tetapi penuh akan serat yang membantu Anda merasa kenyang setiap saat. Kandungan capsaisin yang terdapat di dalam cabai juga akan mendorong level metabolik Anda sebanyak tiga jam dengan menaikkan temperatur tubuh.
Tip: Sambal sangat mudah untuk dibuat sendiri. Potong bawang merah, paprika merah, 2 tomat, dan cabai rawit, lalu campurkan dengan sedikit cuka dan daun ketumbar.

Tumbuhan Herbal
Herbal menambahkan wangi pada setiap makanan tanpa harus menambah jumlah kalori. Penelitian menyatakan bahwa tumbuhan herbal merangsang indera penciuman dan perasa Anda sehingga membantu untuk merasa kenyang lebih cepat dan mengurangi jumlah yang diasup.
Tip: Gunakan banyak rosemary atau sage saat memasak daging. Rosemary baik untuk mencegah radang dan sage juga bagus untuk pencernaan.

(Men's Fitness edisi April 2011) / Yahoo
Read more >>